Rabu, 04 Juli 2012

satlan individu

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING a. Topik Permasalahan: Mengevaluasi kebiasaan belajar dan merencanakan perubahan yang diperlukan. b. Spesifikasi Kegiatan 1. Bidang Bimbingan: Belajar 2. Jenis Layanan: Konseling Perorangan 3. Fungsi Layanan: Pengentasan 4. Sasaran Layanan: VII F/II (Genap) c. Pelaksanaan Layanan: 1. Waktu: Selasa, 5 Juni 2012 Pukul: 07.00 sampai selesai 2. Tempat Penyelenggaraan: Ruang kelas 3. Deskripsi dan komentar tentang pelaksanaan layanan: Siswa mengikuti penuh antusias d. Evaluasi (Penilaian): 1. Cara-cara Penilaian: Konselor mengadakan pemantauan terhadap klien.  Penilaian Proses Keaktifan klien dan kesungguhan dalam mengikuti kegiatan konseling individu.  Penilaian Hasil Perubahan klien setelah mendapatkan layanan konseling individu. 2. Deskripsi dan komentar tentang hasil penilaian: Klien merasa masih belum matang terhadap apa yang diyakini. a. Penilaian proses, dalam kegiatan konseling individu berlangsung dengan lancar, dimana klien dapat terbuka dan aktif, sehingga konseling individu dapat berjalan dengan lancar dan baik. b. Penilaian hasil, kegiatan konseling individu sudah sedikit menunjukkan hasil dimana klien sudah mulai rajin dalam belajar dan mulai belajar bertanggung jawab sebagai kewajiban seorang pelajar. e. Analisis dan hasil penilaian: Dari proses penilaian yang dilaksanakan kegiatan pemberian layanan ini cukup berhasil, klien cukup termotivasi untuk mengikuti kegiatan. 1. Cara-cara Analisis: Klien merasa belum sepenuhnya memahami arti penting belajar agar klien dapat belajar dengan baik dan menguasai pelajaran di kelas. 2. Deskripsi dan komentar tentang hasil penilaian: orang tua klien yang kurang memperhatikan belajar pada saat di rumah. f. Tindak lanjut: memonitor perkembangan klien. 1. Cara-cara tindak lanjut: Mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan guru pembimbing, wali kelas, dan orang tua klien. 2. Deskripsi dan komentar: Pelayanan bimbingan individual. Mengetahui, Pemalang, 10 Juni 2012 Koordinator BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

satlan BKp

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KOMPONEN Mata Layanan: Layanan dasar Bidang Bimbingan: Pribadi-sosial Jenis Bimbingan: Bimbingan kelas Standar Kompetensi: Keterampilan belajar Tujuan: Para siswa memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan efektifitas belajar di sekolah. Kompetensi Dasar: Mempertunjukkan keterampilan menyimak dan berkomunikasi efektif berkaitan dengan keberhasilan mencapai tujuan. Indikator: 1. Siswa mampu mempertunjukkan keterampilan menyimak dan menjelaskan inti dari apa yang telah disampaikan. 2. Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. Materi: 1. Keterampilan berkomunikasi secara efektif. 2. Keterampilan menyimak. Metode dan Teknik: 1. Diskusi kelompok 2. Simulasi kelompok 3. Analisis individu Alat/Bahan: 1. Sumber yang relevan dengan materi yang akan diberikan. 2. Ruangan kelas yang menunjang dan kondusif. LANGKAH-LANGKAH 1. Awal a. Tujuan: Tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh konselor ini adalah agar siswa mampu berkomunikasi dengan efektif dan efisien dengan anggota kelompok serta mampu mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, siswa juga harus mampu menyimak apa yang disampaikan oleh orang lain, karena dengan menyimak, hal positif, siswa dapat memperoleh banyak ilmu. Kompetensi yang harus dicapai:  Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien.  Siswa mampu menyimak dengan baik. Skenario kegiatan: • Siswa dibagi kelompok menjadi 10 orang. • Setiap kelompok memiliki nomor urut sendiri-sendiri dari nomor 1 sampai 10. • Secara berurutan setiap menit, setiap orang dalam kelompok masing-masing diminta memberikan pendapatnya, dengan syarat: tidak boleh bertanya atau bicara satu sama lain, dan seterusnya sampai seluruh anggota kelompok memperoleh bagian waktunya masing-masing untuk dipikirkan sendiri. • Diskusi kelompok. • Kesimpulan diskusi dan penutup. b. Pembentukan kelompok: Kelompok dibentuk berdasarkan sukarela dan acak. c. Konsolidasi: Konselor memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan konsolidasi untuk mencegah terjadinya ketidakmengertian bimbingan dan konseling ini. 2. Transisi a. Resolusi konflik (stroming): Konselor memotivasi konseli untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut dengan baik, konselor berupaya untuk mengkondisikan kegiatan tersebut agar berjalan dengan baik. b. Pengembangan norma kelompok (norming): Konselor melakukan re-konsolidasi dan re-konstruksi kelompok dengan melakukan pembagian tugas terhadap layanan yang akan dilaksanakan, agar peran atau tugas masing-masing anggota kelompok mengerti. 3. Kerja a. Eksperintasi: Peserta yang sudah berada dalam kelompoknya masing-masing dikondisikan untuk melakukan permainan yang sudah dipersiapkan, yaitu bom kelipatan tiga. Adapun operasional pelaksanaannya yaitu:  Berdiri berbentuk lingkaran.  Pembimbing kelompok menjelaskan jalannya permainan, yaitu: anggota kelompok secara berurutan mengucapkan hitungan satu, dua, dan seterusnya; barangsiapa yang mendapatkan bilangan kelipatan tiga (3, 6, 9, dan seterusnya), maka peserta tersebut, menggantinya dengan kata “bom”.  Anggota kelompok diajak mencoba permainan ini. Pembimbing kelompok meminta salah seorang peserta memulai hitungan ... “satu” untuk peserta pertama, “dua” peserta kedua, “bom” peserta ketiga dan seterusnya sehingga semua anggota kelompok mendapatkan giliran.  Setelah dicobakan permainan ini ternyata berhasil, maka dilaksanakan permainan sebenarnya. Nantinya, bagi peserta yang tidak tepat di dalam menghitung dan/atau tidak tepat mengganti kata “Bom”, maka peserta tersebut diharapkan untuk duduk kembali. b. Identifikasi: Konselor memberikan pertanyaan  Apa yang anda rasakan pada saat melakukan simulasi?  Apa yang anda rasakan ketika teman anda melakukan kesalahan?  Kesulitan apa yang anda temui pada saat menyelesaikan permainan ini?  Apa yang anda pikirkan ketika anda mendapat kesulitan dalam mencapai keberhasilan menyelesaikan permainan ini?  Apa yang membuat kalian dapat bangkit lagi untuk menyelesaikan permainan? c. Analisis: Dalam tahap ini konselor memberikan pertanyaan  Apa hikmah yang dapat diambil dari permainan ini?  Bagaimana pendapat anda jika permainan ini dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari? d. Generalisasi: Apakah anda berencana untuk saling terbuka tentang kesalahan yang pernah diperbuat? 4. Terminasi a. Refleksi umum: Konselor memberikan penguatan pada konseli dan memberikan kesempatan terbuka bagi siswa yang ingin konseling. b. Tindak lanjut: Konselor memberi penguatan pada konseli untuk merealisasikan rencana-rencana perbaikannya. Mengetahui, Pemalang, 10 Juni 2012 Koordinator BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

program semesteran

PROGRAM SEMESTER PELAYANAN KONSELING Sekolah : SMP Negeri 3 Petarukan Kelas : VII F Tahun Ajaran : 2011/2012 No Kegiatan Materi Bidang Pengembangan Semester II (Januari-Juni) Pribadi Sosial 1. Layanan orientasi Mengenal tugas dan kewajiban di sekolah Bentuk hubungan sosial 2. Layanan informasi Karakteristik individu Etika bergaul 3. Layanan penempatan dan penyaluran Penempatan sesuai dengan kondisi peserta didik Penempatan peserta didik dalam lingkungan sosial yang sesuai 4. Layanan penempatan konten Menjaga kebersihan badan Melatih keberanian untuk menjawab dan bertanya 5. Layanan konseling perorangan Masalah pribadi dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi dalam kehidupan sosial 6. Layanan bimbingan kelompok Topik tentang kemampuan dan kondisi pribadi Topik tentang kemampuan dan kondisi hubungan sosial 7. Layanan konseling kelompok Masalah pribadi dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi dalam kehidupan sosial 8. Layanan konsultasi Pemberdayaan pihak tertentu dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan sosial 9. Layanan meditasi Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu yang berselisih 10. Aplikasi instrumen Instrumen tes dan non tes untuk mengungkap kondisi atau masalah pribadi peserta didik Instrumen tes dan non tes untuk mengungkap kondisi atau masalah sosial peserta didik 11. Himpunan data Data perkembangan kondisi peserta didik Data perkembangan kondisi hubungan dan lingkungan sosial 12. Konferensi kasus Pembahasan masalah pribadi tertentu yang dialami peserta didik Pembahasan masalah sosial tertentu yang dialami peserta didik 13. Kunjungan rumah Pertemuan dengan keluarga peserta didik untuk mengumpulkan data dan atau memecahkan masalah pribadi Pertemuan dengan keluarga peserta didik untuk mengumpulkan data dan atau memecahkan masalah sosial 14. Tampilan perpustakaan Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan sosial 15. Alih tangan kasus Pendalaman penanganan masalah keluarga Pendalaman penanganan masalah sosial Mengetahui, Pemalang, 13 Juni 2012 Koordinator BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

program bulanan

PROGRAM BULANAN PELAYANAN KONSELING Sekolah : SMP Negeri 3 Petarukan Semester : II Kelas : VII F Bulanan : Januari-Juni No Kegiatan Materi Bidang Pengembangan Semester II {Januari-Juni 2012} Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Layanan orientasi Mengenal tugas dan kewajiban di sekolah Bentuk hubungan sosial Mengenal norma-norma dalam keluarga Mengenal jenis-jenis pekerjaan yang ada Hari-hari besar agama 2. Layanan informasi Karakteristik individu Norma-norma dalam agama Hubungan mata pelajaran dengan masa Keterbukaan dan keharmonisan Etika pergaulan 3. Layanan penempatan dan penyaluran Penempatan sesuai dengan kondisi peserta didik Penempatan peserta didik dalam kegiatan belajar yang sesuai Penempatan peserta didik dalam kegiatan belajar yang sesuai Melaksanakan ibadah sesuai agama masing-masing 4. Layanan penguasaan konten Mengevaluasi kebiasaan belajar Menjaga kebersihan lingkungan Melatih keberanian untuk mengembangkan diri sesuai bakat Melaksanakan ibadah sesuai agama Melaksanakan tugas dan kewajiban 5. Layanan konseling perorangan Masalah-masalah pribadi Masalah-masalah sosial Masalah-masalah belajar Masalah-masalah karir 6. Layanan bimbingan kelompok Hubungan muda-mudi Sikap terhadap mata pelajarab Hidup untuk bekerja Potensi diri Kiat menyalurkan bakat, kegemaran dan hobi Suasana hubungan di sekolah Topik masalah belajar insidentil Topik masalah belajar insidentil Kebiasaan-kebiasaan sehari-hari di rumah Perbedaan individu Peristiwa sosial di masyarakat Topik masalah sosial insidentil Topik masalah pribadi insidentil 7. Layanan konseling kelompok Masalah-masalah pribadi/sosial/belajar 8. Layanan konsultasi Masalah-masalah pribadi/sosial/belajar 9. Layanan mediasi Upaya mendamaikan pihak-pihak yang berselisih 10. Aplikasi instrumentasi Tes bakat Sosiometri Tes hasil belajar Inventory minat dan karir 11. Commulative record 1. Potensi dasar 2. Riwayat kehidupan 3. Masalah diri pribadi 1. Sosiogram 2. Teman dekat 3. Masalah sosial 1. Nilai hasil belajar 2. Data kegiatan belajar 3. Masalah belajar 1. Bakat, minat, karir 12. Case conference 1. Suka menyendiri 2. Sering mengganggu teman 1. Mengganggu suasana kelas 2. Nilai pelajaran rendah 3. Sulit mengikuti pelajaran 1. Sering absen, membolos 1. Tingkah laku enyimpang 13 Home visit Masalah-masalah pribadi/sosial/belajar 14 Tampilan kepustakaan 1. Tugas perkembangan 2. Kehidupan keagamaan 3. Motivasi berprestasi 4. Kisah orang 2 sukses 1. Kiat bergaul 2. Tata krama 1. Kiat belajar di sekolah 2. Belajar secara mandiri 3. Belajar kelompok 1. Informasi karir 2. Kiat sukses dalam karir 15. Referal Masalah-masalah pribadi/sosial/belajar Mengetahui, Pemalang, 13 Juni 2012 Koordinataor BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

Laiseg klasikal

EVALUASI HASILPENILAIAN SEGERA (LAISEG) JENIS LAYANAN KLASIKAL TOPIK: BAKAT DAN MINAT a. Topik Bahasan: Memahami kemampuan, bakat dan minat b. Kelas/Semester: VII F/II (Genap) c. Bidang Bimbingan: Pribadi d. Jenis Layanan: Informasi e. Isi Materi: 1. Pengertian kemampuan, bakat dan minat. 2. Macam-macam tes bakat berganda. f. Penilaian: Laiseg g. Instrumen Penilaian: Angket No Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Memahami jenis/macam tes bakat berganda Mengikuti beberapa jenis tes Mengikuti tes verbal Mengikuti tes numerik Mengikuti tes skolastik Mengikuti tes abstrak Mengikuti tes relasi ruang Mengikuti tes mekanik Mengikuti tes kecepatan, ketelitian, dan klerikal Mengikuti tes kemampuan bahasa Indonesia dan bahasa asing Tes dapat mendukung kegiatan karir Melaksanakan tes dengan sungguh-sungguh Mendapat dukungan dari orang tua untuk mengikuti tes Kesulitan memilih tes Ada kesesuaian tes dengan pilihan karir Mengembangkan tes untuk mengembangkan prestasi Pilihan karir relevan dengan kegiatan tes √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ A Mengetahui, Pemalang, 10 Juni 2012 Koordinator BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

Laiseg BKp

EVALUASI HASIL PENILAIAN SEGERA (LAISEG) JENIS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK 1. Tuliskan dengan singkat masalah anda yang telah mendapat layanan bimbingan? a. Guru mata pelajaran biologi sering tidak pernah masuk kelas. b. Guru mata pelajaran matematika apabila menjelaskan materi siswa merasa kurang jelas dan paham. c. Tidak bisa berkonsentrasi belajar pada saat di kelas dikarenakan gaduh. 2. Kapan, dengan cara apa dan oleh siapa layanan diberikan? a. Tanggal layanan: Sabtu, 19 Mei 2012 b. Jenis layanan: Bimbingan kelas c. Pemberi layanan: praktikan 3. Perolehan apakah yang anda dapatkan dari layanan tersebut? Jawab dengan singkat pertanyaan berikut: a. Hal-hal apakah yang anda peroleh dari layanan yang telah anda jalani? Para siswa memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan efektifitas belajar di sekolah. b. Setelah mendapatkan layanan, bagaimanakah perasaan anda? Siswa merasa lega, meringankan beban, dan dapat memberikan solusi/pencerahan. c. Setelah mendapatkan layanan, hal-hal apakah yang anda laksanakan untuk mengentaskan/mengatasi masalah anda itu? Dengan mengubah menjadi lebih baik untuk membantu mengentaskan/mengatasi masalah tersebut. 4. Berdasarkan gambaran jawaban no.3 berapa persenkah masalah anda itu telah terentaskan/teratasi hingga sekarang? a. 95%-100% b. 75%-94% (√ ) c. 50%-74% d. 30%-49% e. 10%-29% f. Kurang dari 10% g. Semakin berat 5. Tanggapan, saran, pesan atau harapan apa yang ingin anda sampaikan kepada pemberi layanan? Harapan dapat berkomunikasi segala kepentingan dan keinginan. Layanan sesuai dengan harapan siswa. Mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Anggota kelompok menilai kemajuan yang dicapai masing-masing. 6. Tanggal mengisi: Sabtu, 19 Mei 2012 Nama Pengisi: RFS, ANDM, IM, M, DP, LFA, PS, FNS, FA, dan LICN (Inisial). Mengetahui, Pemalang, 10 Juni 2012 Koordinator BK Praktikan Drs. H. Machsis Saputri Agussanti NIP. 19600919 198703 1 012 NPM. 1110 500 135

makalah

BAB I PENDAHULUAN Pada zaman dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau spiritual dan alam gaib, setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan gangguan makhluk halus, oleh karena itu orang yang sakit lebih memilih berobat kedukun atau orang pintar yang dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan makhluk halus ketimbang berobat ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu perobatan. Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit. Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu tersebut. Pada makalah ini kami akan berusaha menyajikan tentang Agama dan Kesehatan Mental sebaik mungkin yang kami dapat dari literatur-literatur yang telah kami dapatkan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kesehatan Mental Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah Memilki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda. B. Ciri-ciri Kesehatan Mental Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu: 1. Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri. 2. Aktualisasi diri 3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada 4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri) 5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada 6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980). Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik). Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental mulai berkembang dengan pesatnya namun apabila ditinjau lebih mendalam teori-teori yang berkembang tentang kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian dari kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat dalam menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini jauh berbeda dengan konsep kesehatan berlandaskan agama yang memiliki konsep jangka panjang dan tidak hanya berorientasi pada masa kini sekarang serta disini, agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual. Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon Politicon. C. Gangguan Mental Gangguan mental dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat, perilaku tersebut baik yang berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam berperilaku ini sesuai dengan Al-Quran (QS. Al-Baqoroh 2:10) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit [23] lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [23] yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam. Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal : 1. Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada. 2. Ketidak bahagiaan secara subyektif 3. Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan 4. Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut. Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas dasar pengertian ini tentu tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain harus mengetahui potensi individunya juga harus melihat konteks sosialnya. D. Agama dan Kesehatan Mental Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena manusia ternyata memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati nurani (conscience of man). Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30) Artinya: 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168], [1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. E. Agama sebagai Terapi Kesehatan Mental Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl 16:97) Artinya : 97. Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. [839] Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. (QS Ar Ra’ad 13:28) Artinya 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. BAB III PENUTUP Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang. Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah. DAFTAR PUSTAKA Casmini dkk, 2006, Kesehatan Mental, UIN SUKA Jalaluddin, 2007, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada Wanita muslimah, diakses tanggal 12 April 2008, Agama Kunci Kesehatan, www.archiv.com, Moeljono Soedirjo dan Latipun, 2005, Kesehatan Mental Konsep dan Terapi, UMM Press Kartini Kartono, 2000, Hygiene Mental, Bandar Maju Dadang Hawari, 1996, Al-Quran i\Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Dana Bakti Prima Yasa Zakiah Daradjat, 1995, Kesehatan Mental, Gunung Agung oleh : M. Fuad Hasyim dkk.