Rabu, 04 Juli 2012

hambatan komunikasi pada anak autis

Anak autis mengalami gangguan perkembangan yang kompleks sehingga mereka juga disebut mengalami gangguan pervasif. Peeters (2004:4) mengartikan pervasif yaitu menderita kerusakan jauh di dalam meliputi keseluruhan dirinya. Istilah pervasif juga dilandasi oleh gangguan perkembangan yang diperlihatkan oleh anak autis.
Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya, antara lain komunikasi, interaksi sosial, gangguan dalam sensoris, pola bermain, perilaku khas, dan emosi (Riyanti, 2002:10, Peeters, 2004:5; Hidayat, 2006:2; Sunardi dan Sunaryo, 2006:193). Gangguan-gangguan tersebut jelas akan mengahambat perkembangan anak autis.
Di bawah ini dijelaskan hambatan atau gangguan-gangguan yang sering diperlihatkan oleh anak autis, diantaranya adalah:
a. Hambatan dalam komunikasi
  • Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
  • Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.
  • Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
  • Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
  • Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
  • Senang meniru atau membeo (echolalia)
  • Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.
  • Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa.
  • Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan.
b. Hambatan dalam interaksi sosial
  • Anak autis lebih senang menyendiri.
  • Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan.
  • Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
  • Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
c. Gangguan dalam sensoris
  • Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
  • Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
  • Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
  • Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.
d. Hambatan dalam pola bermain
  • Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
  • Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
  • Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
  • Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
  • Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda, dan lain-lain.
  • Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
e. Gangguan perilaku khas
  • Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).
  • Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang.
  • Tidak suka pada perubahan.
  • Dapat duduk benging dengan tatapan kosong.
f. Gangguan emosi
  • Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
  • Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.
  • Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
  • Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
  • Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
Hambatan-hambatan di atas tidak semuanya ada pada anak autis. Hambatan dapat beraneka ragam sehingga hambatan yang dimiliki seorang anak autis belum tentu sama dengan anak autis lainnya. Itulah yang menyebabkan tidak ada anak autis yang benar-benar sama dalam semua tingkah lakunya.

3 komentar: